Kaki yang Tak Sejalan

Keinginan yang selalu menghantui, selalu ingin terlihat sempurna dimata orang lain padahal usaha yang dilakukan tak semaksimal yang dilakukan oleh meraka yang punya kegigihan untuk bekerja. Tuhan selalu adil pada Hamba-Nya mengasihi mereka namun tak selamanya memberikan apa yang Hamba-Nya inginkan. Terkadang Tuhan menguji kita dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita minta kepada-Nya. Yah, mungkin karena Dia mau melihat sampai dimana usaha dan kesungguhan kita terhadap sesuatu yang sangat kita inginkan. Menjadi orang yang bisa menerima apa yang Tuhan telah takdirkan kepada kita memang bukanlah hal yang mudah karena memerlukan kelapangan hati dan jiwa yang besar. Menerima apa yang selalu diberikan bukan berarti bahwa pasrah terhadap kondisi, akan tetapi menjadi suatu renungan untuk bisa melakukan apa yang orang lain bisa dapatkan dari hasil kerjanya.

Berbesar hati perkara yang sulit dilakukan, namun mau tidak mau harus selalu belajar untuk membiasakan diri. Terbiasa dengan kondisi yang tidak selamanya selalu menyenangkan karena kerikil-kerikil yang dilalui akan menyadarkan bahwa betapa pedihnya ketika kaki bersentuhan dengannya, sejenak langsung memelekkan mata yang selama ini tertidur dengan kenyamanan dunia. Kasih Sayang-Nya tak diragukan lagi, memberikan teguran yang terkadang tidak disadari. Namun apalah daya, keegoisan terkadang membuat kita terlena, menganggap bahwa yang diberikan kepada kita karena usaha yang selama ini dikerjakan dan bukan karena campur tangan-Nya. Sungguh mata terkadang dibutakan ketika kenyamanan sudah dirasakan, tanpa meluangkan sidikit saja waktu untuk berterima kasih kepada-Nya.

Tuhan tidak menuntut hambanya berterimakasih dengan paksaan atau mengeluarkan materi yang banyak. Dia hanya membutuhkan keikhlasan hati, setidaknya terus berucap syukur dalam diri mengingatnya dalam kondisi apapun Dia menyentil kita. Cukuplah meluangkan waktu lima kali sehari kurang lebih 5 menit bermunajat kepada-Nya mensyukuri apa yang telah Dia pinjamkan kepada kita untuk hidup di Dunia yang penuh dengan godaan ini. Memang berucap lebih mudah daripada mengerjakannya, tapi tak apalah yang penting pikiran sudah terkontaminasi dengan ucapakan sehingga anggota tubuh dan pikiran ingin bergerak untuk tak membohongi ucapan.

Syukur atau tidak, percaya, atau tidak, marah atau senang, semuanya akan selalu mewarnai kehidupan agar kelak mendewasakan kita yang terkadang akan langsung belajar ketika sudah terpuruk. Tuhan terkadang karena kasih sayang-Nya kepada kita akan memberikan kita ujian yang membuat segenap jiwa raga terasa lemas dan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan energi dan kembali percaya akan Takdir-nya tapi itu lah caranya membuat kita belajar, karena manusia tidak akan belajar ketika tingkat kesulitan hidupnya tidak dinaikkan. Selalu berprasangka baik kepada-Nya akan membuat kita lapang menerima segala apa yang diberikan-Nya, bersyukur ketika dalam kondisi nyaman menurut takaran diri masing-masing dan juga bersyukur ketika Dia memberikan cobaan untuk membuat kita belajar menurut takaran kita masing-masing.

Dunia hanyalah tempat untuk manusia memantaskan diri menuju ke per-istirahatan terakhir menikmati segala jerih payahnya selama ini. Tak ada yang abadi, kaki pun tak akan bisa berjalan ketika tak saling memberikan pengertian untuk silih bergantian melangkah ke depan. Hidup akan berhenti ketika diri ini sudah dianggap pantas bagi-Nya untuk mengajari kita.


Komentar